Wawako Solok Bawa Petani Ternak Belajar di Kandang Sapi Kubalikopi, dan BPTUHPT Padang Mengatas

0
325
SOLOK KOTA – Komitmen dan Keseriusan Mengembangkan Sapi di Kota Solok terlihat setelah sukses menggelar Kontes dan Pameran Ternak Kota Solok tahun 2018, dan guna meningkatkan motivasi para petani ternak di Kota Solok, Wakil Walikota Solok Reinier,ST,MM dan Kepala Dinas Pertanian Kota Solok Ir.Ikhvan Marosa membawa para petani ternak mengunjungi kelompok tani Kubalikopi, bertempat di Jorong Nan II Suku, Nagari Salimpaung, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Rabu (13/9).
Saat pembukaan kontes dan pameran ternak, Reinier telah menuturkan bahwa Pemerintah telah berupaya meningkatkan pembiayaan di subsektor peternakan khususnya sapi, diantaranya dengan memperbesar alokasi anggaran untuk peternakan sapi, dimana semenjak 2017 alokasi APBN difokuskan kepada UPSUS SIWAB (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting). Dengan Program yang dijalankan pemerintah, diharapkan produktivitas sapi lokal bisa meningkat.
Esensi UPSUS SIWAB adalah merubah pola pikir petani ternak kita, yang cara beternaknya selama ini masih sambilan, menuju kearah profit dan menguntungkan bagi dirinya. Kebijakan pengembangan sapi adalah peningkatan populasi, sehingga share produksi daging meningkat, meningkatnya kemampuan ekpor dan bertambahnya usaha sapi berskala usaha komersil, tambah Reinier.
Adapun rombongan yang dibawa pada kunjungan ini ialah Kelompok Tani Ternak Elok basamo di Kelurahan Aro IV Korong sebanyak 7 orang, serta Kelompok Tani Ternak Bukit Gombak di Kelurahan Tanjung Paku sebanyak 7 orang.
Rombongan diterima langsung oleh Wali Nagari Salimpaung Drs. Marjohan beserta stafnya, Sekretaris Camat Salimpaung, Kepala Bidang Produksi dan Quality Control Kelompok Kubalikopi (Kelompok Usaha Bayar Listrik dengan Kotoran Sapi) Yonnasri Malin.
Wali Nagari Salimpaung Drs. Marjohan mengatakan, peternakan sapi yang ada tersebut tak ada bau sedikitpun di kandangnya, kompos yang ada bisa dijadikan energi listrik dan untuk isi angin ban.
Kepala Bidang Produksi dan Quality Control Kelompok Kubalikopi (Kelompok Usaha Bayar Listrik dengan Kotoran Sapi) Yonnasri Malin menjelaskan, untuk memulai sebuah usaha harus menjalankan 3 modal utama secara bersamaan, yakni kemauan, kejujuran, keyakinan.
Ia mengakui, belajar beternak sapi dilakukan secara otodidak sejak tahun 2008, dengan sapi 2 ekor milik orang lain. Menurut pengalamannya, unsur utama yang paling penting dalam beternak ialah pakan ternak. Pakan Sapi tak harus selalu dengan rumput, tapi juga bisa dari limbah jerami padi, jerami jagung, pisang, kelapa sawit, terong, buncis, wortel, tomat, itu semua bisa diolah jadi pakan sapi dengan cara fermentasi.
Bahan fermentasi jerami ialah dengan bahan 1 ton jerami kering, urea 6 kg, starbio 3 kg di fermentasi selama 15 hari dengan modal hanya Rp 48 ribu dengan daya tahan sampai 6 bulan. Sedangkan cara membuat Salase, dalam 1 ton difermentasi Ragi Tapai 1 ons, gula pasir 1 ons, urea 1 ons, air 20 liter, ditutup tanpa udara selama 6 hari dengan daya tahan selama 1 tahun.
Oleh karena itu, para petani ternak di Kota Solok yang telah mengikuti kegiatan ini tidak akan ada lagi kendala untuk pakan ternak nantinya. Selanjutnya, dari kompos sapi akan bisa menghasilkan bagi para petani. Di peternakan Kubalikopi ini terdapat 65 ekor sapi dengan luas lahan cuma seperempat hektar.
Kotoran sapi ada sebanyak 1 ton perhari dan diubah jadi kompos. Harga kompos saat ini Rp 1000/kg. Nasri Malin merinci, 65 ekor sapi selama sebulan memakan biaya kandang total Rp 15 Juta. Hasil kompos total di situ terdapat 20 ton/bulan x Rp 1000 = Rp 20 Juta. “Dari hasil kompos saja, biaya operasional kandang masih untung Rp 5 Juta. Oleh katena itulah, kandang sapo bersih, listrik pun tak perlu bayar lagi,” sebutnya.
Nasri Malin memberikan saran kepada para petani ternak sapi Kota Solok untuk menanam kacang kedelai sendiri. Mulai sekarang mari hentikan memberikan makan ampas tahu untuk pakan ternak sapi. “Karena ampas tahu terkadang ditemukan cukanya tinggi, dan sudah ditemukan kasus kematian sapi secara mendadak setelah memakan ampas tahu yang mengandung cuka yang tinggi,” ujar Nasri Malin.
Sementara itu, Wawako Reinier mengucapkan rasa terima kasihnya kepada pak Malin yang telah senang hati melimpahkan ilmu peternak secara menyeluruh kepada para petani ternak Kota Solok yang datang kesini.
Kami semua datang kesini semata-mata karena ingin petani ternak di Kota Solok untuk berhasil mengelola ternak nantinya. Kehadiran wawako kali ini, mohon diartikan sebagai sebuah komitmen yang harus diteruskan agar amanah yang diberikan oleh masyarakat, terutama di bidang peternakan bisa terwujud.
Selanjutnya, Reinier mengingatkan jangan sampai ilmu yang diberikan Pak Malin ini habis begitu saja, tentunya harus ada kerja nyata yang dilakukan di Kota Solok oleh para petani ternak nantinya. Kita mengakui, saat terlalu banyak yang mubazir di Kota Solok, ini kemungkinan karena masyarakat kita di Kota Solok masih kebingungan apa yang akan dikerjakan.
Untuk itu, Dinas Pertanian Kota Solok harus menunjukkan komitmen menyukseskan proses ini. ” Ini merupakan salah satu cara mengurai kemiskinan bagi masyarakat Kota Solok. Jika pemimpin mau turun kebawah dan menyelesaikan akar masalah, masalah kemiskinan pasti akan terurai dan teratasi,” tutur Wawako.
Setelah selesai di Kubalikopi, Wawako Reinier beserta rombongan bergerak mengunjungi Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Padang Mengatas, Kabupaten Lima Puluh Kota, yang disambut oleh Drh.Indah Wati, Drh. Hari Suhada dan Drh. Darwis.
Indah Wati dalam sambutannya mengapresiasi komitmen nyata yang ditunjukkan oleh Wakil Walikota Solok Reinier yang secara langsung mendampingi para petani datang ke BPTUHPT Padang Mengatas.
Sangat jarang ada kepala daerah yang cinta dan komit untuk mengembangkan peternakan, karena biasanya cuma para petani dan dinas terkait saja yang datang kesini.
“Kami apresiasi komitmen yang ditunjukkan Pemerintah Kota Solok untuk kemajuan peternakan dan kesejahteraan petani ternak Kota Solok, ini merupakan yang pertama kalinya kepala daerah langsung mengantar para peternak kesini” sebut Indah Wati.
Ia menjelaskan, BPTUHPT Padang Mengatas memiliki luas total 280 Ha dengan 260 Ha padang pengembalaan, 10 Ha padang rumput, serta 10 Ha perumahan. 3 orang Presiden Indonesia sudah pernah mengunjungi BPTUHPT, yakni Soeharto pada tahun 1976, Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2013, serta Joko Widodo tahun 2015.
Di BPTUHPT terdapat populasi 3 jenis sapi, sapi Simental dan sapi Limosin yang merupakan impor dari Australia, serta sapi Pesisir sapi lokal dengan jumlah populasi total di Padang Mengatas sebanyak 1474 ekor.
Ia juga mengatakan, peternak sapi umumnya akan untung jika bisa menambah berat badan sapi 1 kg/hari serta beranak sekali dalam setahun. Karena pada prinsipnya, sapi jika selesai melahirkan, 3 bulan berikutnya harus bunting lagi. ” Jika tidak bunting, para petani ternak harus konsultasi dengan dokter hewan,” sebutnya.
Untuk itu, para petani ternak harus fokus menjalankan peternakan sapi ini, jangan sampai setengah-setengah. Jika peternak yang ingin belajar, BPTUHPT juga mengadakan bimbingan teknis mengenai Inseminasi buatan, PKB dan ATR.
Sementara itu, Wawako Reinier kembali mengingatkan bahwa ternak sapi merupakan salah satu cara mengurai kemiskinan. Untuk itu, para petani ternak di Kota Solok harus serius menjalaninya dan mau untuk terus belajar dalam beternak.
Selanjutnya,  Reinier menyebut bahwa mengunjungi BPTUHPT merupakan salah satu kesempatan langka bagi kita semua, khusunya para peternak sapi Kota Solok yang sudah bisa memasuki dan belajar langsung kesini. ” Mari kita menggali ilmu sebesar-besarnya, mudah-mudahan yang datang kali ini merupakan para petani ternak yang serius ingin mengembangkan ternak sapi di Kota Solok,” ujarnya. (Deni/HumasPro).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini