Pariwisata merupakan sektor yang bisa menunjang kemajuan suatu daerah. Letak Geografis Kota Solok yang berada di persimpangan dinilai sangat berpeluang besar dalam menggaet wisatawan lokal maupun mancanegara agar mampir dan berbelanja di Kota Solok. Hanya saja selama ini potensi wisata yang bisa dijadikan magnet agar orang terangsang datang ke daerah itu sangat miskin sekali.
Menyadari miskinnya objek wisata di Kota Beras Serambi Madinah tersebut, Kota Solok dibawah kepemimpinan Zul Elfian-Reinier sejak dilantik 16 Februari 2016 lalu, mulai melirik wisata agro yang bisa dijadikan destinasi wisata di Kota yang berpenduduk hampir 67.000 jiwa itu. Untuk menuju wisata agro tersebut, Wako-Wawako menginstruksikan Dinas Pariwisata bersama dengan Dinas Pertanian mem-plot kawasan Payo Kelurahan Tanah Garam sebagai wisata agro. Kegiatan itu sudah dimulai sejak awal maret.
Kawasan Payo memiliki jarak 6 Km dari pusat Kota Solok. Untuk mencapai kawasan Payo sendiri sangatlah gampang, karena jalan menuju ke RT IV itu sudah beraspal beton. Kendaraan roda dua maupun roda empat sangat lancar menuju lokasi dengan jarak tempuh 20 menit. Hanya saja bagi driver perlu kehati-hatian karena jalannya banyak tikungan dan tanjakan. Sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Kota Solok menjadikan Payo sebagai wisata agro, sudah mulai dikembangkan budidaya bunga krisan.
Tidak hanya itu, Pemerintah Kota Solok juga mengalokasikan anggaran Rp 190 juta pada tahun 2018 ini untuk membangun menara pandang di Puncak Payo. Sehingga, jika bangunan selesai, wisatawan lokal maupun mancanegara bisa menyaksikan Danau Singkarak dan pusat Kota Solok jika berdiri diatas menara pandang tersebut.
Berbagai macam program sosialisasi sudah dilakukan oleh Pemko Solok kepada masyarakat demi wujudkan wisata agro. Masyarakat harus mampu melihat peluang ekonomi dari kedatangan orang ke Payo. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menyediakan makanan dan minuman dari hasil produksi pertanian. Setidaknya bisa muncul warung-warung minuman di sepanjang jalan, serta kios-kios bunga krisan. Selain ada deplot, masyarakat juga dibimbing membudidayakan bunga krisan.
Tak cukup dengan itu, Pemerintah Kota Solok mulai melirik potensi tanaman kopi Payo. Bahkan Wali Kota Solok Zul Elfian, SH, M.Si dan Wakil Wali Kota Solok Reinier, ST, MM tampak optimis dengan hal tersebut, dibuktikan dengan peninjauan langsung oleh Wako-Wawako serta mensosialisasikan kopi payo sebagai salah satu kopi asli Kota Solok.
Pengembangan tanaman kopi telah dikembangkan di Kawasan Payo yang merupakan dataran tinggi di Kota Solok. Setidaknya ini menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat setempat. Jenis yang dikembangkan di Payo sendiri adalah jenis kopi Robusta, yang mana jenis kopi itu tumbuh subur di Kawasan Payo.
“Kami sangat berharap dengan adanya potensi ini, dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar, kami juga selalu meminta kepada OPD terkait untuk selalu proaktif mengembangkan potensi ini” ungkap Wako.
Dengan adanya potensi tersebut, seharusnya masyarakat dapat memanfaatkan kondisi yang ada dilapangan untuk menjadikan payo sebagai pusat agrowisata. Masyarakat dapat membangun warung-warung kopi yang menyediakan langsung seduhan kopi payo. Sehingga wisatawan yang berkunjung tak hanya melihat kopi saja melainkan juga dapat mencicipinya.
“Ini merupakan peluang yang besar bagi masyarakat, tentunya kami sebagai pemerintah selalu berupaya untuk membuka peluang usaha bagi masyarakat” ungkap Wawako.
Tidak hanya itu, wisatawan juga bisa memakan jagung bakar, rebus pisang, gorengan maupun makanan ringan yang dibuat dari hasil pertanian. Jadi orang yang datang ke payo tidak hanya sekedar melihat potensi alamnya yang indah dan sejuk, melainkan menikmati industri olahan dari produksi pertanian. Dengan demikian wisata agro yang dicita-citakan tidak hanya sekedar impian melainkan menjadi kenyataan. Perekonomian masyarakat Payo juga bisa meningkat dengan banyaknya orang berkunjung ke lokasi.
Kini juga muncul Sawah Solok yang akan menjadi partner wisata agro Payo. Hanya saja untuk wisata Sawah Solok masih memiliki perjalanan panjang karena, di Sawah Solok baru sekedar melihat tanaman padi dan budidaya ikan kolam air deras. Jika panen tiba, tentunya wisata agronya tadi tidak ada lagi karena hanya terlihat hamparan sawah semata.
Setidaknya, untuk melangkah kearah agro wisata sudah ada, apalagi untuk lokasi Sawah Solok sudah dibangun gadung-gadung, mushala, dan pondok istirahat yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk istirahat sambil memandang hamparan padi dan budidaya ikan kolam air deras. Sejak dibangunnya gadung-gadung di Sawah Solok, persisnya di Kelurahan KTK, sudah banyak dikunjungi masyarakat.
Masyarakat yang berkunjung ke lokasi itu banyak yang datang untuk berswafoto. Namun saat ini masih dirasa kurangnya hal lain yang bisa dinikmati pengunjung, baik berupa makanan ataupun minuman. Saat ini Pemerintah Kota sedang berupaya memberdayakan masyarakat untuk dapat membaca ini sebagai Peluang ekonomi. (Suci/HumasPro)
#solokkotaberasserambimadinah
#visitkotasolok2020
#kotasolok
#solokcity